Tingginya Kebutuhan Teknologi Pendidikan Berbasis Virtual Reality di Era Pandemi

, , , , , ,

Kebutuhan pendidikan akan teknologi Virtual Reality menurut laporan dari World Economic Forum, mencapai 70% hingga tahun 2025.

Virtual Reality diklaim mampu meningkatkan pencapaian siswa dalam hal pemahaman materi, peningkatan emosi positif , hingga kemampuan berfikir kritis. Pembuktian ini telah dilakukan di banyak negara dalam bentuk penelitian ilmiah universitas maupun penelitian independen.
 
LenteraEdu yang diinisiasi oleh Putera Sampoerna Foundation meyakini bahwa teknologi Virtual Reality dapat menjadi solusi bagi penyesuaian kegiatan belajar mengajar di era pandemi sekaligus sebagai gerbang untuk menyatukan teknologi yang bersahabat bagi tenaga dan peserta didik secara bersamaan.

Tahun ini, LenteraEdu menginisiasi program VR Ambassador untuk mencetak tenaga pendidik yang dapat menjadi pionir-pionir teknologi imersif dalam dunia pendidikan Indonesia. Dalam program ini, LenteraEdu menggandeng Millealab yang merupakan satu-satunya produk Virtual Reality berbasis all-in-one platform cloud karya anak bangsa. 

Dalam keterangan tertulisnya, Managing Director Millealab, Andes Rizky menjelaskan bahwa, Millealab sebelumnya telah melakukan ujicoba di 10 provinsi dengan bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang direkomendasikan jaringan Ikatan Guru Indonesia.

“Ujicoba yang melibatkan 1.800 peserta didik dari jenjang dasar dan menengah ini memberikan hasil yang sangat positif. Dari data ujicoba yang dilakukan, penggunaan VR dapat meningkatkan emosi positif siswa hingga 90 %, meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa pada konteks pembelajaran hingga 80%, dan juga mampu meningkatkan nilai rata-rata kelas hingga 53%.” ujarnya.

Kombinasi antara pengalaman pendidik dan fasilitator dari LenteraEdu dengan teknologi bersahabat dari Millealab tentunya akan saling melengkapi sebagai satu kekuatan yang dapat membuka gerbang pendidikan Indonesia ke langkah yang lebih hebat lagi. Hal ini pun dibuktikan dengan banyak dan meriahnya antusiasme yang didapatkan dari proses pendaftaran VR Ambassador.

Hingga hari terakhir, jumlah data yang masuk sebagai pendaftar adalah 3 kali lipat dari target peserta. Dari jumlah ini, LenteraEdu dan Millealab melakukan seleksi hingga mendapatkan 100 calon ambassador terbaik.
 
Program VR Ambassador ini akan dilaksanakan sepanjang enam bulan. Program awalnya akan menargetkan untuk mencetak 100 VR ambassador yang dapat menciptakan pembelajaran inovatif dengan menggunakan teknologi VR dan melakukan ujicoba kepada peserta didik. Kemudian, para VR Ambassador ini wajib melakukan diseminasi kepada 50 tenaga pendidik di tempat mereka berada.

Juliana selaku Head of Program Putera Sampoerna Foundation menyampaikan guru dan teknologi adalah katalisator yang dapat mempercepat upaya perubahan, disinilah peran guru sebagai penggerak transformasi untuk menciptakan inovasi pembelajaran melalui pengembangan media belajar berbasis VR. Kolaborasi dengan Milealab merupakan upaya kerja bersama untuk mempercepat laju perubahan tersebut.

Dalam program VR Ambassador ini terdapat guru-guru SMK yang juga terdaftar sebagai calon VR Ambassador, dengan bergabungnya guru-guru tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan dibidang vokasi yang akan berdampak pada meningkatnya jumlah pelaku  pelaku usaha kecil menengah  yang lebih kompeten.

Source