Gerakan 1000 Pionir Guru Virtual Reality Menjawab Kejenuhan Belajar Dari Rumah

, , , , , , ,

Menghadapi situasi pandemi Covid-19 di seluruh dunia, mau tak mau kita harus siap untuk berubah. Guru tak bisa lagi duduk diam di zona nyamannya dengan metode pembelajaran klasik. Sejujurnya, saya berterima kasih pada Covid-19 untuk hal ini. Suatu Gerakan pembaharuan sudah terjadi saat ini, dan guru mau tak mau harus bertransformasi untuk dapat tetap berfungsi sebagimana layaknya. Learning from home, telah menenggelamkan sistem pembelajaran klasik. 

Virtual reality (VR) telah memasuki dunia pendidikan dan menciptakan sumber daya baru untuk mengajar dan belajar. Siswa menyerap informasi jauh lebih baik jika mereka memasuki lingkungan 3D yang membuat semuanya lebih menyenangkan, menarik dan menyenangkan. Realitas virtual memungkinkan siswa untuk menjelajah, bepergian tanpa meninggalkan ruang kelas, mengunjungi apa yang ingin dipelajari tanpa bergerak, dan banyak lagi. Berkat perasaan kehadiran yang disediakan VR, siswa dapat belajar tentang suatu subjek dengan menjalaninya. Walau pengalaman VR tidak nyata, namun tubuh benar-benar percaya itu di tempat baru. Perasaan ini melibatkan pikiran dengan cara yang luar biasa. 

Seorang siswa menulis surat curhat pada saya tentang kebosanannya belajar online dimana guru hanya mengirim tugas dan memberi deadline. Pembelajaran dilakukan hanya dengan membuka kelas online, meng-upload materi, memberi link video pembelajaran, menginstruksikan untuk membuat kuis online. Dan semua guru melakukan hal yang sama. Sehingga ia menuliskan bahwa baginya E-learning menjadi “E-do-your-work-I-expect-it-by-the-end-of-the-day-without-explanation” (E-kerjakan-tugas-mu-aku-mau-itu-selesai-diakhir-hari-ini-tanpa-alasan). Sontak saya kaget dan malu membacanya. Tapi saya sangat berterima kasih atas kejujuran siswa ini. Bagaimanapun itulah jeritan hati para siswa yang akhir-akhir ini banyak kita baca. Inilah saatnya kita bertransformasi. VR menjawab permasalahan ini dengan sempurna.

Gerakan 1000 Pionir Guru Virtual Reality yang digagas atas kerjasama Millealab dan SEAMEO SEAMOLEC telah membuka mata saya. Inilah media pembelajaran interaktif yang kita butuhkan sekarang. Lewatlah sudah hari-hari ketika teknologi Virtual Reality (VR) dianggap sebagai sesuatu yang diciptakan semata-mata untuk permainan dan hiburan. Dengan menyediakan elemen interaktivitas yang luar biasa itu, realitas virtual telah menjadi alat inovatif yang sah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 

Siswa memiliki kesempatan untuk belajar dengan melakukan daripada membaca secara pasif. Siswa dapat menyaksikan apa yang terjadi dalam sejarah, bahkan masuk ke dalam tubuh manusia dan mengalami pengalaman belajar baru dari sudut pandang yang berbeda. Mereka akan melihat semuanya jauh lebih baik daripada melalui penjelasan dan gambar. Dengan realitas virtual, siswa akan dapat melakukan perjalanan dalam ruang dan waktu. Mereka dapat pergi ke mana pun kita ingin mereka melihatnya, kembali ke masa lalu atau mengungkap misteri masa depan. Tanpa batas, tanpa biaya besar. Melakukan perjalanan ke negara-negara berkembang, menumbuhkan nilai-nilai mereka, kebaikan dan empati dengan orang lain, apalagi dalam situasi pandemi dunia saat ini.

Saya sangat bersyukur mendapat pengalaman luar biasa tanggal 29 Februari-1 Maret 2020 lalu dalam sebuah acara “Training of Trainers Virtual Reality” yang diprakarsai oleh IGI DKI Jakarta dan Shinta VR. Saya jadi dibekali ilmu untuk dapat menjadi guru pengerak literasi digital ini. Dengan dukungan penuh dari Kemdikbud, IGI DKI Jakarta, SEAMEO SEAMOLEC, dan Millealab, inilah komitmen kami:

“Kami 1000 guru pionir VR Indonesia, bertekad memajukan pendidikan negeri dengan teknologi VR! Sudah saatnya pemerataan teknologi dimulai sebagai salah satu faktor utama kemajuan pendidikan bangsa, dan kami siap menjadi pandunya. Terimakasih Millealab dan SEAMEO SEAMOLEC telah membimbing kami.”

Source