Shinta VR telah mengumpulkan dana pra-seri A dalam jumlah yang tidak diungkapkan dari TigaLapan Investama Group dan Investa Syailendra Nuswantara (INSAN).
Pengembang virtual reality yang berbasis di Indonesia ini didirikan pada tahun 2016 oleh Andes Rizky, Andrew Steven Puika, dan Akira Sou kelahiran Jepang. Ini dimulai sebagai pengembang konten dan perangkat lunak VR yang bertujuan membantu perusahaan melakukan demo produk dan layanan mereka. Namun, Rizky mengatakan kepada Tech in Asia bahwa perusahaan tidak lagi fokus pada model bisnis tersebut.
Shinta telah beralih ke tiga model yang lebih baru: platform pembelajaran berbasis VR untuk K-12 yang disebut Millealab; platform pelatihan perusahaan yang dikenal sebagai SpaceCollab; dan platform karakter virtual yang dapat digunakan untuk membangun YouTuber virtual.
Millealab adalah persembahan utama Shinta. Ratusan sekolah di Indonesia telah menggunakan platform tersebut, dan telah melatih lebih dari 5.200 guru sekolah untuk membangun materi pembelajaran berbasis VR sejak 2019.
Menurut Andes Rizky, semua platform Shinta dapat memberikan pengalaman metaverse – sebuah tren yang mendapat banyak hype setelah Facebook mengganti nama perusahaannya menjadi Meta – meskipun dalam lingkup yang lebih kecil. Terlepas dari fokus mereka pada pendidikan, platform juga mencoba mengumpulkan respons emosional pengguna di lingkungan berbasis VR.
“Respons emosional sangat penting dalam mengembangkan dunia metaverse skala yang lebih besar,” jelas Rizky.
Shinta VR berencana menggunakan dana segar untuk merekrut lebih banyak talenta dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang platform VR yang ada dan yang akan datang. Sebelum putaran terakhir, perusahaan telah mengumpulkan dana eksternal dari Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Rentracks Cocreation yang berbasis di Jepang.