VR arcade semakin populer akhir-akhir ini. HTC sendiri telah bertaruh cukup besar di area virtual reality satu ini. Di Cina, HTC menghadirkan Viveport VR content store versi arcade untuk memudahkan banyak orang berinteraksi. Perusahaan Taiwan ini yakin pengalaman VR di luar rumah akan laris di Asia karena keterbatasan masyarakat akan ruang dan biaya untuk memiliki peralatan VR sendiri. Baru-baru ini, HTC Vive pun turut ambil bagian menghadirkan IMAX premium di Los Angeles.
Walaupun begitu yakin dengan VR arcade, HTC melalui perwakilannya, Graham Breen pun mengungkapkan kepedulian mereka terhadap developer atau pembuat konten. Dalam sebuah acara di London bertajuk Virtual Reality Evolution, Program Manager EMEA Virtual Reality HTC ini menyatakan tanggapan perusahaan akan hal ini. Menurutnya, VR arcades memang berkembang saat ini. Sistem Viveport dan Vive Business Edition di rancang dengan tujuan utama adalah memperkenalkan VR secara lebih luas.
“Virtual reality arcades are getting very popular. In fact, there’s probably an arcade within 30 minutes of where most people in this room live.” Ungkap Breen.
Namun program-program tersebut bukanlah ditujukan agar perusahaan dapat membuat konten mereka sendiri. Hal ini dikarenakan pihaknya sangat tidak setuju dengan adanya “black market arcades”. Breen menjelaskan bahwa business model untuk VR arcades saat ini belum terlalu jelas. Ia menyebutkan bahwa platform digital seperti Steam memicu pembayaran yang terlalu sederhana untuk sebuah game atau pengalaman VR.
People are willing to pay for good VR experiences, but we want to make sure those experiences are good. Also, we want to make sure the people making this good content are getting paid… There’s a lot of black market arcades out there that are just downloading content and the developers are not getting paid” Breen menambahkan.
Belum ada rencana yang lebih detil bagaimana HTC akan mengatasi masalah ini. Namun beberapa pemain besar lain seperti Facebook pun telah menyadari hambatan ini. Walau sebagai pencipta hardware, kini para perusahaan raksasa ini sedikit berbelok arah dengan mendukung perkembangan konten dan developer.