Inilah Perbedaan Keyakinan VR Facebook, Google, Sony, Valve, dan Microsoft

, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Ekosistem VR kini di dominasi oleh berbagai perusahaan teknologi raksasa. Lebih dari sekedar HMD, mereka pun berlomba-lomba mendukung konten dan platform untuk mencapai VR mainstream ke depannya. Mulai dari Facebook Oculus, Google Daydream, Sony PlayStation VR, Microsoft Windows Holographics, dan Valve Steam VR dengan HTC Vive diciptakan dengan berbagai keunggulan masing-masing.

 Para pemain besar VR ini memiliki pandangan yang berbeda tentang potensi terbesar VR serta bagaimana teknologi ini akan membawa nilai jual maksimal. Keyakinan tersebut jugalah yang akan mendasari produk mereka kedepannya. Sebelum meninjau inovasi mereka yang akan diumumkan pada event Game Developers Conference (GDC) 2017, Uploadvr merangkum filosofi VR lima perusahaan berikut ini.

Facebook – Oculus

Facebook mengusung pendekatan ekosistem VR yang kuat selama ini. Platform ini menghadirkan aplikasi Home yang menjual konten VR eksklusif bagi headset Oculus Rift dan Samsung Gear VR. Berbeda dari saingannya, sistem tracking Rift hanya milik perusahaan alias tidak terbuka untuk umum. Jika kedepannya HMD Facebook menjadi yang terlaris, media sosial raksasa ini akan mengendalikannya sendiri.

Google – Daydream

Google cardboard hanyalah landasan untuk memastikan bahwa headset VR mobile lebih banyak digemari. Dengan Daydream, Google berniat untuk membangun ekosistem VR mobile miliknya. Pencipta Android ini yakin VR perlu di bangun di atas fondasi sistem operasi yang tepat. Ia pun melibatkan produsen smartphone lainnya, seperti Samsung dan Huawei untuk menciptakan perangkat pendukung Daydream. Taktik raksasa mesin pencari ini melibatkan konten eksklusif dari developer luar, sedangkan konten dari Google sendiri masuk ke platform lain, seperti  Google Earth dan Tilt Brush untuk HTC Vive.

Sony – PlayStation VR

 Pendekatan Sony menjadi solusi di tengah permasalahan membengkaknya harga headset VR high-end. Walaupun tak seimersif HMD berbasis PC, PlayStation VR hadir dengan kamera tracking tunggal dan serangkaian perangkat yang minimalis. Sedikit berkompromi dengan kualitas,pengalaman VR dengan harga yang sepadan pun mendongkrak penjualan PlayStation VR. Sony mengusung taktik yang sama dengan PS4. Perusahaan Jepang ini merilis konten eksklusif untuk PlayStation VR, tetapi juga terbuka kepada developer game ternama.

Valve – Steam VR           

Dari semuanya, Valve nampaknya paling yakin akan perlunya ekosistem VR yang terbuka. Bersama dengan HTC Vive, mereka mengusung Vive Tracker di event CES lalu. Tracker memungkinkan pihak ketiga menciptakan berbagai peripheral dan kontroler VR menggunakan sistem tersebut. Sebagai pelopor room scale VR, Valve percaya bahwa virtual reality harus dikembangkan maksimal walaupun harus membayar lebih untuk itu.

Microsoft – Windows Holographics

Microsoft memulai langkah awalnya dengan AR dan HoloLens. Untuk VR, mereka yakin sistem operasi Windows 10 yang mampu menopang semuanya. Walau belum terlalu banyak progres, Windows Holographics akan masuk ke pasaran lebih cepat berkat kerja sama dengan berbagai produsen komputer, seperti Lenovo dan Dell. Microsoft mengklaim bahwa headset VR Windows tidak memerlukan PC high-end dengan inside-out tracking sebagai fitur andalannya.